Faktor Ekonomi di Balik Fluktuasi Rupiah

https://www.bengkelsastra.com/

BengkelSastra.com – Halo, teman-teman! Hari ini gue mau ngobrol santai tentang hal yang bikin banyak orang mulai dari mahasiswa, pebisnis, sampai emak-emak belanja di pasar penasaran: kenapa sih nilai tukar rupiah suka banget naik turun kayak roller coaster? Yup, kita lagi ngomongin fluktuasi rupiah yang sering bikin deg-degan. Nah, biar nggak cuma jadi bahan curhat di media sosial, yuk kita kupas tuntas faktor ekonomi apa aja yang bikin rupiah bisa kuat, atau justru melemah.

1. Permintaan dan Penawaran Valas

Pertama-tama, kita harus paham dulu konsep paling dasar: permintaan dan penawaran valuta asing (valas). Kalau permintaan dolar AS (atau mata uang asing lain) lebih tinggi daripada pasokannya, otomatis nilai tukar rupiah bisa melemah. Ini sering terjadi pas banyak importir lagi jor-joran belanja barang dari luar negeri atau saat pemerintah bayar utang luar negeri. Sebaliknya, kalau ekspor Indonesia lagi moncer—misalnya karena harga komoditas kayak batu bara atau sawit naik rupiah biasanya menguat karena ada aliran dolar yang masuk. Simpel banget, kan?

2. Neraca Perdagangan

Selain permintaan dan penawaran valas, ada yang namanya neraca perdagangan. Kalau Indonesia lebih banyak ekspor daripada impor, artinya kita punya surplus perdagangan. Surplus ini bikin cadangan devisa Indonesia bertambah, sehingga rupiah lebih stabil atau bahkan menguat. Tapi kalau defisit, ya kebalikannya rupiah cenderung melemah. Ini kayak logika dompet kita sendiri: kalau lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan, ya pasti jebol, kan?

3. Kebijakan Bank Indonesia

Eits, jangan lupakan peran Bank Indonesia (BI). Sebagai bank sentral, BI punya tugas menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya dengan intervensi di pasar valas, misalnya dengan jual beli dolar untuk menahan gejolak kurs. BI juga bisa mengerek atau menurunkan suku bunga acuan. Kalau suku bunga tinggi, investor asing tertarik menaruh uangnya di Indonesia, alhasil permintaan rupiah naik dan kurs jadi lebih kuat. Tapi kalau suku bunga turun, investor bisa kabur cari untung di negara lain, dan rupiah bisa melemah.

Baca Juga:  Akan Diganti Dengan Beras Bulog, Tunjangan PNS, TNI dan Polri

4. Sentimen Pasar dan Faktor Global

Nah, ini yang sering bikin banyak orang gelisah: sentimen pasar. Ketika ada gejolak global kayak perang dagang, ketegangan geopolitik, atau kebijakan The Fed (bank sentral Amerika Serikat)—rupiah bisa langsung terpengaruh. Misalnya, kalau The Fed lagi agresif naikin suku bunga, investor global bisa berbondong-bondong cabut dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, buat cari cuan di dolar AS. Ini bikin permintaan dolar naik, dan rupiah pun melemah.

5. Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Selain faktor eksternal, kondisi ekonomi domestik juga berpengaruh. Kalau inflasi tinggi, nilai tukar rupiah cenderung melemah karena daya beli masyarakat turun, dan barang impor jadi makin mahal. Sementara kalau pertumbuhan ekonomi bagus, investor asing lebih percaya untuk investasi di Indonesia, sehingga rupiah bisa lebih stabil.

Kesimpulan

Nah, itulah beberapa faktor ekonomi di balik fluktuasi rupiah yang kadang bikin kita pusing kepala. Jadi, jangan buru-buru nyalahin satu pihak aja kalau rupiah melemah. Banyak banget faktor yang saling terkait. Mulai dari permintaan dan penawaran valas, neraca perdagangan, kebijakan Bank Indonesia, sentimen pasar global, sampai inflasi dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri—semuanya punya andil.

Intinya, nilai tukar rupiah itu kayak suhu badan kita: sensitif banget sama kondisi sekitar. Kalau sehat, stabil deh dia. Tapi kalau ada yang bikin stres, ya dia gampang panas dingin. Makanya, yuk bareng-bareng kita dukung ekonomi Indonesia biar rupiah nggak gampang sakit!

Gimana, teman-teman? Semoga tulisan ini di BengkelSastra.com bisa bikin kalian lebih ngerti kenapa rupiah sering bergejolak. Kalau ada pertanyaan atau mau diskusi lebih lanjut, tulis di kolom komentar, ya!

Back To Top