SMPN 39 Surabaya kini menjalankan program inovatif berupa relaksasi tidur siang bagi para siswanya. Langkah ini diambil untuk membantu siswa merasa lebih segar dan meningkatkan kemampuan konsentrasi mereka. Program ini mendapatkan antusiasme tinggi dari siswa, yang bahkan rela membawa bantal dan karpet dari rumah.
Setelah melaksanakan salat Zuhur di musala, para siswa kembali ke kelas masing-masing untuk bersiap tidur siang sekitar pukul 13.00 WIB. Kursi dan meja diatur ulang untuk menciptakan batas antara siswa laki-laki dan perempuan. Dengan tikar atau karpet yang telah digelar, siswa berbaring sambil membawa bantal mereka.
Sebelum tidur, siswa berdoa bersama pada pukul 13.10 WIB. Suasana tenang didukung dengan diputarnya musik relaksasi, sementara pintu kelas ditutup rapat. Mereka tidur selama 30-40 menit hingga pukul 13.45 WIB.
Wali kelas bertugas mengawasi langsung di dalam kelas, sementara guru lain dan tim BK memantau dari luar. Jika ada siswa yang kesulitan tidur, mereka diarahkan untuk beristirahat di musala atau perpustakaan. Sebagian besar siswa terlihat menikmati waktu istirahat ini dan merasa lebih segar setelahnya.
Kepala Sekolah SMPN 39 Surabaya, Rini Aswinarti, menjelaskan bahwa program ini lahir dari pengamatan langsung terhadap siswa yang kerap terlihat lesu, mengantuk, atau lelah, bahkan menghadapi tekanan dari rumah.
“Ide ini muncul saat rapat dinas. Kami berpikir untuk mencoba relaksasi sederhana dengan musik agar siswa lebih fokus dan segar kembali,” ujar Rini, Rabu (22/1/2025).
Ia menambahkan, relaksasi tidur siang ini memberikan manfaat seperti mengurangi ketergantungan siswa pada HP, meningkatkan empati, dan membantu siswa menjadi lebih sabar dan ceria.
“Relaksasi ini bertujuan membantu anak-anak lebih fokus, bugar, dan tanggap terhadap lingkungan sekitar,” jelasnya.
Program ini ternyata mendapat respons yang sangat positif. Siswa bahkan rela membawa perlengkapan tidur seperti bantal dan tikar untuk mendukung kenyamanan mereka. Rini pun mengungkapkan bahwa program ini masih dalam tahap uji coba dan diadakan setiap hari Rabu.
Setelah masa percobaan, pihak sekolah berencana mengevaluasi melalui kuesioner kepada siswa, guru, dan wali murid. Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan program ini akan berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
“Kalau banyak manfaat positif, program ini akan terus kami kembangkan. Namun, jika ada banyak masukan negatif, kami akan mengevaluasi apakah perlu disesuaikan,” ungkapnya.
Angeluna Altha, salah satu siswa kelas 8I, menyatakan kegembiraannya dengan adanya program tidur siang ini. “Tidur siang membuat kami lebih segar dan fokus di kelas. Setelah istirahat, rasanya tidak mudah mengantuk meski ada banyak tugas atau kegiatan,” ujarnya.
Guru Bahasa Inggris SMPN 39 Surabaya, Wiwik Riwayanti, juga mengapresiasi program ini. Ia melihat banyak manfaat, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi para guru.
“Dengan tidur siang, siswa maupun guru merasa lebih segar. Ini membantu mereka melepas penat dan mengelola stres sehingga lebih siap menghadapi pelajaran,” katanya.
Program ini menjadi langkah positif yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mendukung kesehatan fisik dan mental siswa di tengah kesibukan akademik.