Internasional

Persediaan Amunisi NATO Mulai Menipis Akibat Kirim Bantuan Pada Perang Ukraina-Rusia

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan persediaan amunisi pertahanan telah habis. Ini terjadi setelah aliansi memberikan amunisi dan senjata ke Ukraina yang berperang melawan Rusia. Dalam konferensi bisnis di Jerman, Senin (20/6/2023), Stoltenberg menunjukkan bahwa persediaan amunisi ini adalah salah satu kunci terpenting untuk membantu Ukraina memenangkan perang dengan Rusia.

“Kita juga membutuhkan industri pertahanan yang kuat. Persediaan dan senjata kita habis dan perlu diisi ulang. Tidak hanya di Jerman, tapi di banyak negara NATO,” ujarnya seperti dilansir Russia Today. Kabar ini sendiri muncul setelah salah satu negara adidaya NATO, Jerman, diyakini telah menjatuhkan sekitar 20.000 ranjau ledak besar. Majalah Der Spiegel mengatakan bahwa Berlin kini berada dalam situasi darurat untuk menambahkannya. Stoltenberg menambahkan bahwa dia bertemu dengan perwakilan industri militer minggu lalu untuk membahas cara terbaik meningkatkan produksi dan merampingkan rantai pasokan.

Stoltenberg menegaskan kembali argumennya bahwa hanya kemenangan rakyat Ukraina di medan perang yang dapat menghasilkan perdamaian yang adil dan abadi. Pasukan Kiev mencoba melakukan serangan besar di front selatan dalam seminggu terakhir, merebut beberapa kota. Amerika Serikat dan sekutunya telah mengirimkan lebih dari US$100 miliar senjata, peralatan, dan pasokan ke Ukraina selama setahun terakhir saat konflik meningkat. Mereka bersikeras bahwa ini tidak menjadikan mereka musuh Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh Barat terlibat dalam perang, tidak hanya dalam transfer senjata, tetapi juga dengan melatih tentara Ukraina di Inggris, Jerman, Italia, dan tempat lain. “Kiev telah mengeluh bahwa sebagian besar senjata yang masuk berada dalam kondisi yang sangat buruk sehingga harus dibunuh untuk diambil bagiannya. Setidaknya sepertiga dari kemampuan militer Ukraina sedang dalam perbaikan “setiap saat,” katanya di New York Times.

Baca Juga:  Putin Mengatakan Hubungan Rusia dan China Tanpa Batas