Bisnis

Penyebab Pergerakan Harga Emas Anjlok Dengan Cepat

Pergerakan harga emas pekan ini sangat volatile sejalan dengan naik turunnya kekhawatiran pelaku pasar mengenai krisis perbankan di Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.967,9 per troy ons. Harga sang logam mulia anjlok 0,62%.

Pelemahan kemarin memperpanjang gerak labil emas pekan ini. Dalam lima perdagangan pekan ini, emas menguat dua kali yakni pada Selasa dan Kamis. Selebihnya emas merana. Dalam sepekan, harga emas anjlok 0,47%. Pelemahan tersebut memperpanjang rekor buruk emas dalam dua pekan beruntun. Pada pekan lalu, harga emas juga anjlok 0,54%.

Pelemahan emas ini datang hanya beberapa hari setelah emas berpesta pora pada awal Maret tahun ini. Pada pekan ketiga Maret (13-17 Maret), harga emas terbang 6,4%. Emas terbang setelah tiga bank AS kolaps yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank. Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas menembus US$ 2.007,69 per troy ons atau terbang 1%.

Ini adalah kali pertama emas menembus level US$ 2.000 sejak8 Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022. Kolapsnya tiga bank membuat investor dan pelaku pasar panik sehingga emas sebagai safe haven pun diburu sehingga harganya melambung. Harga emas juga terbang karena inflasi AS yang melandai menjadi 6,0% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari.

Namun, harga emas dengan cepat melandai menjelang akhir Maret tahun ini setelah kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan mulai mereda.Analis dari Blue Line Futures, Phillip Streible, menjelaskan pelemahan tajam emas yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh aksi jual investor dalam jumlah besar.

Baca Juga:  Fasilitas Perakitan Bus Listrik Akan Dibangun Perusahaan Anak Bakrie & Brothers Di Indonesia

Menurutnya, penguatan emas yang sangat tajam pada dua pekan lalu lebih disebabkan oleh short covering akibat kepanikan pasar. Saat kepanikan mereda, investor kembali menjual emasnya. “Rally emas (pekan lalu) lebih disebabkan oleh short-covering. Harga emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan,” ujar Streible, dikutip dari Reuters.

Laju kencang sang logam mulia juga tertekan oleh masih agresifnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). The Fed tetap mengerek suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,75-5,0% pada 20-21 Maret lalu. “Emas sempat melonjak (kemarin) tetapi kemudian kenaikannya melambat setelah data pengeluaran pribadi keluar. Emas seharusnya bisa terbang lagi bahkan di atas US$ 2.000 per troy ons. Namun, emas sepertinya lelah,” tutur analis independen Tai Wong, dikutip dari Reuters.

AS kemarin mengumumkan data terbaru mengenai pengeluaran pribadi warga AS. Secara bulanan, pengeluaran pribadi warga AS meningkat 0,2% (month to month/mtm) pada Februari 2023, melandai dari 0,6% (mtm) pada Januari.

Secara tahunan, indeks Personal Consumption Expenditure (PCE) naik menjadi 5% (yoy), melandai dibandingkan 5,3% pada Januari. Indeks PCE menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Melandainya indeks meningkatkan harapan jika The Fed akan melunak. Namun, gubernur Fed Governor Philip Jefferson Senin (27/3/2023) menegaskan jika target utama The Fed tetaplah membawa inflasi ke kisaran 2%.

“Inflasi harus dibawa kembali ke kisaran 2%, ke kisaran target FOMC (Federal Open Market Committee),” tutur Jefferson, saat berbicara H. Parker Willis Lecture, Washington and Lee University, Lexington, Virginia, pekan lalu. Meski melemah pekan ini, secara kuartal emas terbang. Pada kuartal I-2023, harga emas terbang 7,9%.