Jakarta, BENGKELSASTRA.COM – Suhu ketegangan antara dua negara nuklir di Asia semakin meningkat. Pakistan memutuskan untuk menutup wilayah udaranya dan melarang pesawat maskapai India terbang melintasi wilayahnya.
Di samping itu, perdagangan antara kedua negara juga dihentikan dengan menutup perbatasan darat. Pakistan mengusir diplomat India dan mencabut visa warga India, kecuali bagi peziarah Sikh.
Langkah ini adalah respons terbaru dari Islamabad terhadap serangkaian tindakan keras yang dilakukan India setelah serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir. Pakistan menuduh bahwa India telah memulai “perang” dengan mereka.
“Para penasihat pertahanan, angkatan laut, dan udara India di Islamabad dinyatakan persona non grata dan harus segera meninggalkan Pakistan,” demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif, seperti dikutip AFP, Jumat (25/4/2025).
“Dengan pengecualian untuk peziarah Sikh, visa yang telah diberikan kepada warga negara India akan dibatalkan,” tegas pernyataan itu.
Menteri Pertahanan Khawaja Asif dalam konferensi pers menyatakan bahwa “India melakukan perang dengan intensitas rendah, dan kami siap jika skala meningkat. Kami akan melindungi tanah kami tanpa tekanan internasional.”
Apa yang Terjadi?
Hubungan antara kedua negara sudah lama bermasalah, dengan tiga perang besar yang pernah pecah.
Namun, baru-baru ini hubungan antara Pakistan dan India menunjukkan pelonggaran. Namun, penembakan terhadap 26 wisatawan di Kashmir yang dikelola India pada Selasa lalu membuat kemarahan memuncak.
Penembakan terjadi di kota Pahalgam yang bersalju. Para penyerang keluar dari hutan pinus dan menembaki kerumunan dengan senjata otomatis.
Saksi mata melaporkan bahwa para penyerang memisahkan pria dari wanita dan anak-anak, sebelum mengeksekusi beberapa dari jarak dekat. Mereka juga memerintahkan beberapa pria untuk melafalkan pernyataan iman Muslim, dan menembak mereka yang gagal melakukannya.
Sebagian besar korban adalah warga India, dengan satu korban berasal dari Nepal.
Polisi menyatakan bahwa para pelaku berasal dari milisi Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan, dan telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB. Polisi India mengidentifikasi dua warga Pakistan di antara tiga tersangka yang melarikan diri.
Sebuah kelompok bernama Front Perlawanan (TRF) mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. India menetapkan TRF sebagai organisasi teroris dan menyebutnya sebagai “tipuan dan cabang LeT”.
India menuduh Pakistan mendukung militan bersenjata di Kashmir. Namun, Islamabad membantah tuduhan ini, dengan menyatakan mereka hanya mendukung perjuangan penentuan nasib sendiri untuk Kashmir.
Pariwisata merupakan sektor yang sangat penting bagi ekonomi kawasan ini. Serangan terhadap pengunjung yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata.
Pemilik hotel melaporkan banyaknya pembatalan pada awal musim panas yang biasanya ramai. Pasukan keamanan India melancarkan perburuan besar-besaran dan banyak orang telah ditahan.
Pemutusan Hubungan Diplomatik
Perdana Menteri India, Narendra Modi, berjanji untuk “menghukum setiap teroris dan para pendukungnya”. India pun mengeluarkan serangkaian sanksi diplomatik.
Langkah-langkah ini meliputi penangguhan perjanjian pembagian air, penutupan perbatasan darat utama dengan Pakistan, dan penurunan tingkat hubungan diplomatik. India menginstruksikan semua warga Pakistan untuk meninggalkan negara tersebut, kecuali diplomat yang tersisa, paling lambat 29 April.
Potensi Perang
Beberapa pihak khawatir bahwa langkah diplomatik India hanyalah awal dari serangkaian aksi yang lebih besar. Ada kekhawatiran akan potensi aksi militer dari kedua negara.
Serangan paling mengerikan dalam beberapa tahun terakhir di Kashmir yang dikuasai India terjadi di Pulwama pada 2019, ketika pemberontak menabrakkan mobil berisi bahan peledak ke konvoi polisi, menewaskan 40 orang dan melukai 35 lainnya. Tak lama setelah itu, jet tempur India melancarkan serangan udara ke wilayah Pakistan.