BENGKELSASTRA.COM – Kondisi perekonomian Indonesia tak bisa dilepaskan dari dinamika harga kebutuhan pokok atau sembako. Setiap pergerakan harga sembako, mulai dari beras, minyak goreng, telur, hingga daging ayam, memiliki dampak langsung terhadap daya beli masyarakat dan inflasi nasional. Inflasi, sebagai indikator stabilitas harga, kerap menjadi sorotan utama dalam berita ekonomi Indonesia. Lantas, bagaimana hubungan antara harga sembako dan inflasi, dan apa kata berita-berita ekonomi terkait fenomena ini?
Tren Harga Sembako di Indonesia
Setiap tahun, terutama menjelang hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Idul Fitri, harga sembako di Indonesia cenderung naik. Ini merupakan pola musiman yang terjadi akibat peningkatan permintaan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, lonjakan harga sembako tak hanya disebabkan oleh faktor musiman. Gangguan rantai pasok global, kenaikan harga energi, serta fluktuasi nilai tukar rupiah turut memengaruhi harga-harga kebutuhan pokok di pasar domestik.
Sebagai contoh, harga beras medium dan premium pada awal 2024 mengalami kenaikan signifikan, mencapai lebih dari Rp13.000 per kilogram untuk beras premium. Kenaikan ini disebabkan oleh gagal panen di beberapa daerah sentra produksi akibat cuaca ekstrem dan banjir. Berita-berita ekonomi nasional menyoroti kondisi ini sebagai ancaman terhadap stabilitas pangan dan menyarankan intervensi pemerintah melalui impor dan operasi pasar oleh Bulog.
Tak hanya beras, komoditas lain seperti minyak goreng dan telur ayam juga mengalami fluktuasi harga. Minyak goreng, misalnya, sempat melonjak akibat terbatasnya pasokan minyak sawit mentah (CPO) di pasar global, yang notabene merupakan bahan baku utamanya. Situasi ini menunjukkan betapa eratnya keterkaitan antara pasar domestik dengan kondisi global.
Inflasi dan Implikasinya
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu tertentu. Di Indonesia, inflasi dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK). Komponen makanan, terutama sembako, memiliki bobot cukup besar dalam IHK, sehingga perubahan harga sembako langsung mempengaruhi angka inflasi.
Berdasarkan data BPS, inflasi Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat mencapai 3,2% secara tahunan (year-on-year), sedikit di atas target Bank Indonesia yang berada di kisaran 2-3%. Kenaikan ini sebagian besar disumbang oleh inflasi bahan makanan segar dan sembako. Berita-berita ekonomi pun menyoroti kekhawatiran akan tergerusnya daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah, yang lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok.
Inflasi yang tinggi bisa berdampak pada berbagai sektor, mulai dari konsumsi rumah tangga, investasi, hingga keputusan suku bunga oleh Bank Indonesia. Jika inflasi tak terkendali, BI dapat menaikkan suku bunga untuk meredam permintaan, namun hal ini juga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi. Karena itu, stabilitas harga sembako menjadi salah satu perhatian utama dalam kebijakan ekonomi nasional.
Respons Pemerintah dan Proyeksi Ekonomi
Dalam menghadapi gejolak harga sembako, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah, antara lain dengan menggelar operasi pasar, memperkuat cadangan beras pemerintah, serta mendorong produksi dalam negeri melalui subsidi pupuk dan bantuan ke petani. Pemerintah juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bulog dan distributor besar, untuk menjaga kestabilan pasokan dan distribusi.
Media ekonomi seperti Kontan, Bisnis Indonesia, dan CNBC Indonesia secara rutin melaporkan berbagai kebijakan pemerintah dan dampaknya terhadap harga sembako.
Di sisi lain, Bank Indonesia terus memantau perkembangan inflasi dan memberikan proyeksi ekonomi secara berkala. Dalam beberapa pernyataannya, BI optimis bahwa inflasi 2025 masih dalam kendali meskipun tekanan dari sektor pangan terus meningkat. Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama dari sisi iklim, logistik, dan ketergantungan pada impor pangan tertentu.
Kesimpulan
Harga sembako dan inflasi merupakan dua elemen penting yang saling berkaitan dan sangat memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Kenaikan harga sembako yang tidak terkendali dapat mendorong inflasi tinggi dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, berita ekonomi nasional kerap menempatkan isu ini di posisi strategis, sebagai indikator sekaligus barometer ekonomi kerakyatan.
Melalui kebijakan yang terkoordinasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan otoritas moneter, diharapkan harga kebutuhan pokok dapat dijaga stabil, sehingga inflasi tetap dalam rentang yang wajar. Masyarakat pun bisa lebih tenang dalam merencanakan pengeluaran sehari-hari, dan perekonomian nasional tetap tumbuh secara sehat dan inklusif.