Internasional

Rusia Menahan Seorang Perempuan Tersangka Pelaku Bom Di St Petersburg

Penyelidik Rusia menahan seorang perempuan yang dituduh sebagai sosok di balik ledakan di sebuah kafe di St Petersburg, pada Minggu (02/04), yang menewaskan blogger pro-perang, Vladlen Tatarsky. Dalam video yang dirilis oleh pihak berwenang, Darya Trepova mengaku menyerahkan patung yang kemudian meledak. Pengakuan Darya kemungkinan besar dilontarkan di bawah tekanan aparat Rusia.

Perempuan berusia 26 tahun itu tidak mengatakan bahwa dia tahu akan terjadi ledakan dan dia juga tidak mengakui terlibat lebih jauh dalam insiden tersebut. Penyelidik mengatakan mereka memiliki bukti bahwa serangan itu diorganisasi dari Ukraina. Namun, pejabat Kyiv mengatakan itu adalah kasus konflik internal Rusia.

Ledakan di sebuah kafe di St Petersburg melukai lebih dari 30 orang dan menewaskan Vladlen Tatarsky. Tatarsky (nama asli Maxim Fomin), yang berusia 40 tahun, menghadiri pertemuan dengan para pendukung perang di kafe tersebut. Dia datang sebagai pembicara tamu. Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan seorang perempuan muda berjaket cokelat terlihat memasuki kafe dengan membawa kardus.

Rangkaian gambar menunjukkan kotak itu diletakkan di atas meja kafe sebelum perempuan itu duduk. Video lain menunjukkan sebuah patung diserahkan ke Tatarsky. Dalam potongan singkat dari interogasi Darya Trepova yang dirilis oleh otoritas Rusia, perempuan itu terlihat tertekan sambil menghela nafas berulang kali.

Ketika penyelidik bertanya apakah dia tahu mengapa dia ditahan, dia menjawab: “Menurut saya karena saya berada di lokasi pembunuhan Vladlen Tatarsky … Saya membawa patung yang meledak di sana.” Ketika ditanya siapa yang memberikannya, dia menjawab: “Bisakah saya memberi tahu Anda nanti?”

Komite anti-terorisme Rusia menuduh “serangan teror” itu diorganisasi oleh dinas khusus Ukraina “beserta orang-orang yang bekerja sama dengan” pemimpin oposisi Alexei Navalny. Komite investigasi kemudian melangkah lebih jauh, dengan mengatakan mereka memiliki bukti bahwa insiden itu “direncanakan dan diatur dari wilayah Ukraina”. Komite tersebut menambahkan bahwa mereka sedang berupaya membongkar “seluruh rantai” orang yang terlibat.

Baca Juga:  Layanan Investasi Berbasis Kecerdasan Buatan Merampok Hampir Rp 15 Miliar

Yayasan Anti-Korupsi Navalny, yang telah merilis serangkaian tindak korupsi yang melibatkan gerombolan Putin, mengatakan “sangat cocok” Kremlin menyalahkan para pengkritiknya ketika Navalny akan segera diadili karena dugaan aksi ekstremisme. Navalny dipenjara sejak dia kembali ke Rusia dari Jerman pada Januari 2021. Dia selamat dari serangan racun saraf di Rusia pada Agustus 2020, yang diduga dilakukan agen keamanan FSB Rusia.

Kepala yayasan, Ivan Zhdanov, mengatakan semuanya mengarah ke agen FSB. “Tentu saja kami tidak ada hubungannya dengan ini,” katanya, menambahkan bahwa Rusia membutuhkan musuh eksternal seperti Ukraina dan musuh domestik seperti tim Navalny. Trepova ditangkap di sebuah apartemen di St Petersburg milik seorang teman suaminya, menurut laporan-laporan dari pihak Rusia.

Pada hari invasi besar-besaran Rusia tahun lalu, dia dilaporkan ditahan selama beberapa hari karena ikut serta dalam protes anti-perang. Kafe Street Food Bar No 1 dekat Sungai Neva itu pernah dimiliki oleh Yevgeny Prigozhin – pengelola kelompok tentara bayaran Rusia yang terkenal, Wagner. Prigozhin ikut andil dalam banyak pertempuran di Bakhmut, di timur Ukraina.

Prigozhin mengatakan dia telah menyerahkan kafe tersebut ke Cyber Front Z, sebuah kelompok yang menyebut dirinya “pasukan informasi Rusia” dan mengatakan telah menyewa kafe untuk malam itu. Prigozhin memberikan penghormatan kepada Tatarsky dalam video yang dia sebut direkam dari balai kota di Bakhmut.

Dia menunjukkan sebuah bendera yang katanya bertuliskan “untuk mengenang Vladlen Tatarsky”. Pada Senin (03/03), Tatarsky dianugerahi Medali Keberanian oleh Presiden Vladimir Putin. Vladlen Tatarsky mengunggah laporan-laporannya di layanan pesan Telegram. (Vladlen Tatarsky/Telegram)

Tatarsky, seorang pendukung vokal perang Rusia di Ukraina, bukanlah pejabat Rusia atau perwira militer. Dia adalah seorang blogger terkenal dengan lebih dari setengah juta pengikut dan, seperti Prigozhin, memiliki catatan kriminal. Lahir di wilayah Donetsk di Ukraina timur, dia mengaku bergabung dengan kelompok separatis yang didukung Rusia ketika mereka membebaskannya dari penjara. Kala itu dia menjalani hukuman penjara karena perampokan bersenjata.

Baca Juga:  Jabatan Kapolda Sumut Diubah Oleh Kapolri

Dia adalah bagian dari komunitas blogger militer pro-Kremlin yang telah mengambil peran penting sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022. Tatarsky termasuk di antara mereka yang mengkritik otoritas Rusia, mengecam militer dan bahkan Putin atas kemunduran di medan perang.

Tidak seperti biasanya, Tatarsky mengangkat senjata dalam operasi tempur dan melaporkan dari garis depan. Dia mengaku telah membantu meluncurkan drone tempur dan membangun kubu pertahanan. September lalu, dia mengunggah video di dalam Istana Kremlin, di mana Putin memproklamasikan aneksasi empat wilayah Ukraina yang diduduki.

“Kami akan mengalahkan semua orang, kami akan membunuh semua orang, kami akan merampok semua orang seperlunya karena kami suka melakukannya,” kata Tatarsky kepada para pengikutnya. Para blogger militer telah memberikan informasi tentang perang, di mana banyak orang frustrasi karena kekurangan informasi yang akurat dari sumber resmi.

Informasi yang diberikan oleh militer Rusia, televisi yang dikontrol Kremlin, dan pejabat negara dikritik karena tidak akurat. Pekan lalu, beberapa sumber resmi Rusia membagikan sebuah video yang diduga menunjukkan pasukan Ukraina melecehkan warga sipil. Analis Barat membuktikan dengan menggunakan informasi dari sumber terbuka bahwa video tersebut telah direkayasa.

Beberapa blogger pro-Kremlin juga mengecam video itu palsu. Banyak juga materi blogger yang pro-Rusia tidak sesuai fakta. Belum jelas siapa sosok yang berada di balik pembunuhan Tatarsky, tetapi peristiwa ini mengingatkan pada pembunuhan Darya Dugina, seorang pendukung vokal perang dan putri seorang ultra-nasionalis Rusia. Dia meninggal dalam serangan bom mobil di dekat Moskow, Agustus lalu.

Sementara para pejabat Rusia dengan tegas menyalahkan Ukraina, di Kyiv, penasihat presiden Mykhailo Podolyak mengatakan ledakan itu adalah bagian dari “pertarungan politik internal” Rusia. Dia mencuit: “Laba-laba saling memangsa dalam stoples.”Ukraina telah membuktikan diri mereka lebih dari mampu melakukan serangan dan ledakan drone ke wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Mereka jarang mengakui keterlibatan, tetapi sering memberikan petunjuk.

Baca Juga:  Pendeta Ortodoks Ukraina Ditahan Di Desa Terpencil Karena Pro Rusia

Yevgeny Prigozhin mengatakan dia tidak yakin pemerintah Ukraina pelakunya: “Saya pikir ada sekelompok radikal yang beroperasi, yang kemungkinan besar tidak ada hubungannya dengan pemerintah.” Ledakan di kafe itu bisa dikaitkan dengan pertikaian politik Rusia. Sekarang ada banyak pria pemarah yang membawa senjata di Rusia.

Karena militer kehabisan pasukan, para narapidana dibebaskan dari penjara, dipersenjatai, dan dikirim ke garis depan. Pemerintah Rusia juga telah melakukan perekrutan besar-besaran pejuang sukarelawan dan merekrut sekitar 300.000 orang dalam “mobilisasi parsial”. Surat kabar Kommersant baru-baru ini melaporkan jumlah pembunuhan yang dilakukan di Rusia tahun lalu meningkat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.