Teknologi

Presenter Berita AI Telah Direkrut China, Setara Dengan 1.000 Orang Presenter

Publikasi berita milik pemerintah China merekrut presenter terbaru yang merupakan hasil rekaan artificial inteligence (AI) atau kecerdasan buatan. Presenter berita virtual yang diberi nama Ren Xiaorong diklaim bisa menjawab pertanyaan dan menyampaikan siaran berita setiap hari tanpa henti.

Ren Xiaorong juga disebut-sebut bakal lebih canggih dibandingkan pembawa berita lainnya, karena presenter virtual ini sudah menyerap bermacam informasi terkini. Saking hebatnya teknologi yang menakjubkan sekaligus mengerikan ini memungkinkan kecerdasan Ren Xiaorong setara dengan 1.000 presenter berita.

“Kemampuan 1.000 presenter telah diberikan kepada saya. Selama 365 hari dan 24 jam penuh saya akan melaporkan berita tanpa istirahat,” ujar Ren Xiaorong dalam acara pengenalannya di sosial media buatan China, Weibo, dikutip dari Daily Mail. Namun Ren Xiaorong tidak boleh sembarangan bekerja. Dia hanya bertugas membawakan berita yang terlebih dulu sudah dikontrol oleh pemerintah China.

Itu sebabnya, sejumlah tangkapan layar melaporkan bahwa presenter digital ini hanya mampu menjawab pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya, dan tanggapan yang dia berikan sangat mempromosikan garis Komite Sentral Partai Komunis China (PKC). Dapat dimaklumi pula, karena Ren Xiaorong dikembangkan oleh perusahaan media berita milik PKC, yakni People’s Daily.

Ren Xiaorong bukan presenter digital pertama yang dibuat di China. Negara ini sebelumnya telah membuat tiga presenter berita AI pada 2018. Ketiga presenter digital tersebut dipekerjakan di kantor-kantor berita yang ada di China seperti Xinhua.

Hanya saja kemampuan ketiga robot tersebut dianggap telah usang. Apalagi saat ini sistem AI baru seperti ChatGPT semakin canggih. Hal itulah yang membuat China mengenalkan presenter baru dengan kemampuan lebih tinggi melalui Ren Xiaorong. Robin Li, Chief Executive Baidu mengatakan keberadaan presenter digital di China bukan dihadirkan untuk mengakselerasi industri kecerdasan buatan di negara tersebut. “Ini hanya untuk uji coba bagi kelompok pengguna awal, dan karena ‘permintaan pasar’,” sebutnya.

Baca Juga:  Menlu AS Diejek Korut Karena Melakukan Kunjungan Ke China