Nasional

Keberhasilan Peluncuran Satria-1 Menjadi Pembuka Jalan Untuk Satelit Lainnya Ke Orbit

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berharap peluncuran Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 berhasil. Sebab, keberhasilan Satria-1 akan membuka jalan bagi peluncuran satelit lainnya. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP), Usman Kansong mengungkapkan, setelah satelit Satria-1, pihaknya sedang memikirkan satelit internet lainnya, termasuk Hot Backup Satellite (HBS).

“Ini adalah satelit Satria-1 (akan diluncurkan pada 19 Juni 2023). Akan ada dua, tiga, dst. Kami berharap HBS selesai akhir tahun ini, baru kebijakan resminya keluar,” kata Usman di Orlando, Amerika Serikat, Jumat (19/6/2023). Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Wayan Toni Supriyanto mengatakan, satelit berikutnya akan bergantung pada keberhasilan peluncuran satelit tersebut Satria-1.

“Nanti ada HBS dan satelit lainnya, tapi tergantung suksesnya satelit Satria-1. “HBS memiliki kontrak dengan Boeing, jadi akan dimulai tahun ini dan bekerja sebagai pendukung satelit Satria-1 yang juga milik pemerintah,” kata Wayan. Sebagai informasi, satelit HBS berbeda dengan satelit Satria-1 buatan Thales Alenia Space, HBS dibuat oleh Boeing Satellite di Los Angeles Amerika Serikat. Produksi HBS terbaru sudah mencapai 85%.

HBS memiliki kapasitas 150 Gbps. Sebanyak 80 Gbps akan digunakan untuk 150.000 layanan publik di Tanah Air, sedangkan 70 Gbps sisanya untuk Filipina dan Malaysia. Serupa dengan satelit Satria-1, Bakti Kominfo berharap satelit HBS juga sudah bisa beroperasi pada awal 2024. Hal serupa lainnya, satelit Satria-1 akan diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, AS, menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX.

Kementerian Komunikasi dan Informatika telah membeli layanan satelit HBS sejak Maret 2022. Saat ini pemenang tender tersebut adalah Nusantara Jaya Partnership yang terdiri dari PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.

Baca Juga:  Kasus Kades Disuntik Mati, Ada Dugaan Perselingkuhan Istri Mantri dengan Korban

Selain fungsi pendukung utamanya untuk satelit Satria-1, pemasangan HBS bertujuan untuk meningkatkan kecepatan internet sekaligus meningkatkan user experience bagi setiap pengguna layanan ini. Akuisisi infrastruktur (capital expenditure/capex) untuk penyediaan satelit HBS ini membutuhkan investasi sebesar Rp 5.208.984.690.000,- sudah termasuk PPN. Saat ini, biaya pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas HBS berjumlah Rs 475.204.320.000 termasuk PPN per tahun untuk masa operasi 15 tahun.