BENGKELSASTRA.COM – Konflik di Jalur Gaza telah meluas menjadi perang lintas negara. Kelompok Houthi di Yaman—yang didukung Iran—telah melancarkan serangkaian serangan rudal dan drone ke wilayah Israel serta mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah sebagai wujud solidaritas terhadap Palestina. Israel pun merespons melalui serangkaian serangan udara terhadap infrastruktur Houthi di Yaman.
Kronologi Serangan Israel di Yaman (2024–2025)
- Desember 2024: Dalam Operation White City, Israel menargetkan pelabuhan al‑Salif, Ras Isa, serta pembangkit listrik Hezyaz dan Ras Qantib. Sebanyak 15 warga sipil tewas, puluhan lainnya terluka, dan jalur bantuan kemanusiaan terganggu.
- 26 Desember 2024: Serangan lanjutan menghantam Bandara Internasional Sana’a, Hudaydah, dan Ras Qantib, menewaskan enam orang dan melukai 40 lainnya.
- Januari 2025: Lebih dari 20 jet tempur Israel menghancurkan pelabuhan Hodeidah & Ras Isa serta pembangkit listrik Hezyaz—disebut sebagai salah satu serangan terbesar sejak perang Gaza—mengakibatkan mati satu orang dan melukai sembilan lainnya.
- 10 Juni 2025: Angkatan Laut Israel menembakkan rudal dari kapal (termasuk kapal Sa’ar 6) ke pelabuhan Hodeidah. Serangan ini untuk menonaktifkan kemampuan Houthi memanfaatkan pelabuhan, diperkirakan membuatnya tidak berfungsi selama sebulan.
- 6–7 Juli 2025: Sekitar 20 jet tempur Israel meluncurkan Operation Bandera Negra, menarget tiga pelabuhan (Hodeidah, Ras Isa, Salif) dan pembangkit listrik Ras Qantib, serta kapal Galaxy Leader—hasil eskalasi menyusul serangan Houthi terhadap kapal Magic Seas & Eternity C di Laut Merah.
Target Infrastruktur dan Alasan Israel
- Pelabuhan Hodeidah, Ras Isa, Salif: Dituduh sebagai titik transit senjata dan drone yang disalurkan ke Houthi.
- Pembangkit listrik Ras Qantib / Hezyaz: Mendukung operasi militer Houthi—Israel menyatakan melumpuhkan pembangkit berarti melemahkan kemampuan tempur mereka.
- Kapal Galaxy Leader: Kapal yang sebelumnya disita Houthi dan diduga dipakai sebagai sarana radar untuk memantau pengiriman internasional.
Dampak pada Yaman
- Pemadaman listrik & gangguan bantuan: Radiasi blackout melumpuhkan kota Hodeidah, mempersulit distribusi makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke kawasan terdampak . Korban sipil: Ratusan luka-luka, puluhan meninggal. Data dari YDP menunjukkan 15 warga sipil tewas pada serangan Desember 2024 saja .
Respons dan Retorika Houthi
- Meluncurkan rudal hipersonik ke Bandara Ben Gurion dan Tel Aviv, serta peluncuran drone/jarak jauh ke kapal AS USS Harry S. Truman. Terus menyerang pelayaran komersial di Laut Merah, termasuk kapal Magic Seas dan Eternity C—menewaskan beberapa awak.
Eskalasi dan Keseimbangan Regional
Serangan ini mempertegas memanasnya konflik yang telah meluas dari Gaza ke Yaman. Ancaman terhadap pelayaran global: Serangan berulang ke kapal komersial menyebabkan kenaikkan premi asuransi dan mengancam jalur dagang di Laut Merah.
Prospek dan Tantangan Ke Depan
- Siklus kekerasan kemungkinan berlanjut: Setiap serangan Israel memicu balasan Houthi berupa rudal/drone ke Israel atau kapal komersial.
- Risiko kemanusiaan sangat tinggi: Kerusakan infrastruktur vital menghambat bantuan ke warga sipil Yaman yang sudah terkena dampak perang.
- Kunci adalah diplomasi: Solusi damai memerlukan mediatori yang kuat, mungkin formasi gencatan senjata komprehensif—melibatkan semua pihak (Israel, Houthi, Iran, AS, PBB, negara regional).
Serangan Israel terhadap pelabuhan dan pembangkit listrik di Yaman tidak sekadar aksi militer lalu selesai. Ini simbol dari konflik berlapis yang menggabungkan geopolitik regional, solidaritas ideologis (Houthi‑Palestina), tekanan ekonomi global (Laut Merah), serta krisis kemanusiaan mendalam di Yaman.
Dampaknya terasa hingga ke masyarakat sipil Yaman dan meluas ke persaingan kekuatan besar seperti Iran, AS, dan negara-negara Barat. Tanpa negosiasi yang sungguh-sungguh, perang berbasis proxy ini tak hanya akan mengobarkan kekerasan lebih luas, tapi juga mengancam stabilitas global.
