Internasional

Iran Temukan ‘Harta Karun’ Rebutan Dunia

Foto: Lithium Sumber: AP/Petr David Josek

Semakin banyak orang yang bersaing memperebutkan “harta karun” dunia. Kali ini, giliran Iran yang menemukan deposit lithium yang cukup besar. Untuk produksi baterai kendaraan listrik, litium merupakan sumber daya yang sangat penting. Hal itu menimbulkan sensasi ketika penemuan itu dilakukan di provinsi barat Hamedan yang bergunung-gunung. Ini karena negara Timur Tengah ini adalah tempat sumber daya ini pertama kali ditemukan.

Cadangan litium pertama kali ditemukan di Iran, menurut pejabat Kementerian Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan, Mohammad Hadi Ahmadi, seperti dilansir CNBC International pada Selasa, 3/7/2023. Kementerian Iran yakin deposit tersebut menyimpan 8,5 juta ton litium. Jika angka yang dilaporkan itu benar, deposit tersebut akan menjadi cadangan litium terbesar kedua yang diketahui di dunia.

Dari segi ukuran, Chili saat ini memiliki cadangan terbesar. Survei Geologi Amerika Serikat (AS) memperkirakan bahwa 9,2 juta metrik ton logam disimpan di negara tersebut. Sementara itu, lithium adalah salah satu bahan yang paling dicari untuk industri kendaraan listrik karena penggunaannya yang kritis. Sebenarnya, litium cukup sering disebut “emas putih”. Penemuan itu juga tampaknya menjadi berita yang disambut baik mengingat gelombang sanksi baru-baru ini yang diberlakukan oleh negara-negara barat karena program nuklir Iran yang sedang berlangsung.

Beberapa sanksi yang juga terbukti membebani perekonomian negara. Salah satunya bisa dilihat dari nilai mata uang yang pada akhir Februari mencapai level terendahnya terhadap dolar. Negara tersebut akan mendapatkan banyak keuntungan karena dapat mengekspor sumber daya yang berharga jika laporan deposit litium di Iran akurat, meskipun mitra dagangnya mungkin akan dibatasi oleh sanksi tersebut.

Harga lithium diperkirakan akan terus menurun, menurut analis Goldman Sachs. Goldman memperkirakan bahwa selama dua tahun ke depan, pasokan lithium dunia akan meningkat rata-rata 34% per tahun, dengan China dan Australia memimpin karena mereka memiliki beberapa cadangan logam terbesar. “Selama 9-12 bulan ke depan, kami secara progresif lebih konstruktif pada logam dasar, sambil mengharapkan penurunan harga untuk lithium bersama kobalt dan nikel,” menurut laporan dari meja penelitian komoditas bank dari akhir Februari.

Baca Juga:  Ini Reaksi Israel Saat Iran dan Arab Saudi Berdamai