Internasional

Bumi Dihantam Kiamat Baru Akibat Produksi Beras Dunia Menurun

“Kiamat” baru mengancam bumi. Ini terkait beras. Produksi beras dunia dilaporkan bakal turun ke tingkat terendah. Hal ini berpotensi menaikkan harga dan mempengaruhi 3,5 miliar orang di seluruh dunia, terutama kawasan Asia Pasifik, yang mengonsumsi 90% beras dunia Menurut analisis terbaru Fitch Solution dalam laporan “Fitch Solutions Country Risk & Industry Research”, pasar beras global akan mencatat kekurangan terbesarnya dalam dua dekade pada tahun 2023. Di mana kekurangan beras global untuk 2022/2023 mencapai 8,7 juta ton sementara di 2023/2024, angka defisit mencapai 18,6 juta ton.

Kurangnya produksi ini disebabkan sejumlah hal. Perang Rusia di Ukraina misalnya membuat peningkatan konsumsi beras, dari negara-negara yang sebelumnya memakan gandum. Cuaca buruk di negara penghasil beras juga berpengaruh. Di antaranya China dan Pakistan. “Kekurangan tersebut sebagian disebabkan oleh kemerosotan panen tahunan di Daratan China yang disebabkan oleh panas dan kekeringan yang hebat serta dampak banjir yang parah di Pakistan,” tegas analis Komoditas Fitch Solution, Charles Hart, dikutip CNBC International, Kamis (20/4/2023).

Jika dilihat dari datanya, pada paruh kedua tahun lalu, petak-petak lahan pertanian di China yang menjadi produsen beras terbesar di dunia, memang dilanda hujan musim panas yang lebat dan banjir. Menurut perusahaan analitik pertanian Gro Intelligence, akumulasi curah hujan di pusat utama produksi beras China, provinsi Guangxi dan Guangdong adalah yang tertinggi kedua dalam setidaknya 20 tahun.

Di Pakistan, yang mewakili 7,6% dari perdagangan beras global, terjadi penurunan produksi tahunan sebesar 31% tahun ke tahun (yoy) karena banjir parah tahun lalu. Departemen Pertanian AS (USDA) menyebut dampaknya sebagai “bahkan lebih buruk dari awalnya diprediksi”. Bukan hanya itu, pasar ekspor beras juga ketat karena India. Negeri Bollywood sebelumnya telah melakukan pembatasan ekspor di September.

Baca Juga:  Tentara Bayaran Wagner Rusia Berhasil Rebut Bakhmut Dari Ukraina

“Pasar ekspor beras global, yang biasanya lebih ketat daripada biji-bijian utama lainnya… telah dipengaruhi oleh pembatasan ekspor India,” tambahnya. Ini pulalah yang berdampak pada kenaikan harga. Harga beras rata-rata US$ 17,30 (sekitar Rp 259.480) per kuintal hingga 2023 tahun ini. Analis Rabobank, juga menunjukan produksi beras tahun ke tahun lebih rendah di banyak negara. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) juga memiliki kontribusi pada defisit yang terjadi.

Ini juga, akan sangat mempengaruhi negara importir beras besar. Salah satunya Indonesia. “Situasi defisit produksi beras global akan meningkatkan biaya impor beras bagi importir beras besar seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, dan negara-negara Afrika pada 2023,” kata Tjakra. RI sendiri diketahui menjadi negara yang melakukan impor beras. Impor beras mengalami kenaikan jelang lebaran 2023.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras pada Maret 2023 secara nilai mencapai US$ 28,87 juta. Ini meningkat 731,96% dari posisi Maret 2022 sebesar US$ 3,47 juta. Kendati begitu, bila dibandingkan bulan sebelumnya atau Februari 2022, nilai impor beras pada Maret 2023 turun hingga sebesar 73,35% dari sebesar US$ 108,34 juta. Namun, untuk akumulasi Januari-Maret 2023 nilainya mencapai US$ 255,96 juta atau naik sebesar 1.126,14% dari catatan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya US$ 20,87 juta.

Impor terbesar pada bulan itu Indonesia peroleh dari Thailand US$ 11,43 juta atau naik 1.769,74% dari Maret 2022 US$ 611,54 ribu. Dibanding Februari 2023 yang sebesar US$ 69,38 juta turun 83,52%. Kedua terbesar berasal dari Vietnam sebesar US$ 10,99 juta atau naik 12.679,3% dibanding Maret 2022 sebesar US$ 86 ribu. Sedangkan dibanding Februari 2023 yang sebesar US$ 37,94 juta turunnya 71,04%. Ketiga terbesar adalah dari India senilai US$ 5,50 juta pada Maret 2023. Naik hingga 1.396,52% dibanding Maret 2022 senilai US$ 367,79 ribu, demikian juga dibanding Februari 2023 yang sebesar US$ 1,02 juta, naik 438,95%.

Baca Juga:  3 Pesawat Pengintai Rusia Dicegat Militer Jerman Dan Inggris Di Laut Baltik

Untuk diketahui, Perum Bulog mendapatkan penugasan pengadaan beras impor sebanyak 2 juta ton pada tahun 2023 ini. Di mana 500 ribu ton harus didatangkan segera, untuk kebutuhan bantuan pangan atau bansos sebanyak 210 ribu ton per bulan, yang akan disalurkan selama tiga bulan berturut, Maret hingga Mei. “Saya sudah kontrak dengan beberapa negara itu, saya sudah kontrak 500 ribu ton. Kontrak itu bukan berarti harus kontrak tertulis juga, tidak. Kita kerjasama, dengan jaminan mereka, ada jaminan dari kita kan juga sudah sama dengan deal,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas beberapa waktu lalu.