Tokyo – Inflasi di Jepang melonjak hingga 4 persen slot server thailand super gacor pada Januari 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, menandai tingkat tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini mencerminkan tekanan harga yang terus meningkat, didorong oleh kenaikan biaya energi, makanan impor, serta pelemahan yen terhadap dolar AS yang semakin menekan daya beli konsumen.
Menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) inti—yang tidak memasukkan harga makanan segar yang cenderung berfluktuasi—naik 4 persen secara tahunan. Ini merupakan angka tertinggi sejak Januari 2023 ketika inflasi sempat menembus angka 4,3 persen akibat dampak awal dari perang di Ukraina dan krisis energi global.
Faktor Pendorong Inflasi
Beberapa faktor utama menjadi penyebab lonjakan inflasi pada awal tahun ini. Pertama, harga energi kembali naik setelah sempat stabil pada paruh kedua 2024. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah memicu lonjakan harga minyak mentah dunia, yang secara langsung berdampak pada biaya bahan bakar dan listrik di Jepang, negara yang sangat bergantung pada impor energi.
Kedua, pelemahan nilai tukar yen terhadap dolar AS memperburuk beban impor. Sejak awal kuartal keempat 2024, yen mengalami depresiasi hingga 8 persen terhadap dolar, membuat barang-barang impor menjadi lebih mahal, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan baku industri.
Dampak terhadap Ekonomi dan Masyarakat
Lonjakan inflasi ini membawa dampak ganda bagi ekonomi Jepang yang telah lama mengalami stagnasi harga dan pertumbuhan ekonomi rendah. Di satu sisi, inflasi yang moderat dapat menjadi sinyal pemulihan ekonomi dan membantu Jepang keluar dari deflasi yang berkepanjangan. Namun di sisi lain, inflasi yang terlalu tinggi dapat menggerus daya beli rumah tangga, terutama di kalangan lansia dan masyarakat berpenghasilan tetap.
Banyak rumah tangga kini mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras, daging, dan minyak goreng. Selain itu, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) juga mulai merasakan dampak negatif.
Respons Pemerintah dan Bank Sentral
Pemerintah Jepang, melalui Menteri Keuangan Shunichi Suzuki, menyatakan keprihatinan atas inflasi tinggi yang membebani masyarakat. Sementara itu, Bank of Japan (BoJ) menghadapi dilema kebijakan moneter yang kompleks.
Pro spek ke Depan
Para analis memperkirakan bahwa inflasi Jepang mungkin tetap tinggi selama kuartal pertama 2025 sebelum mulai mereda pada pertengahan tahun.
Dalam konteks global di mana banyak negara mulai menormalkan kebijakan suku bunga, Jepang harus menavigasi tantangan uniknya dengan hati-hati.
Secara keseluruhan, lonjakan inflasi di Jepang menjadi pengingat bahwa negara tersebut tidak lagi kebal terhadap tekanan harga global. Ke depan, Jepang perlu menyeimbangkan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan harga agar tidak merugikan masyarakat luas.