Pages

  • Portfolio
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
youtube google+ twitter instagram
Bengkel Sastra

  • Home
  • Profil
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Kepengurusan
  • Berita
    • Sastra
    • Budaya
  • Kategori
    • Puisi
    • Ulasan
      • Puisi
      • Cerpen
      • Naskah Drama
      • Novel
      • Film
      • Pertunjukkan Teater
    • Cerpen
    • Naskah Drama
    • Pementasan Teater
  • Info Acara
  • Karya


Festival Drama Pendek SLTA 2017: “Gesek! Gesek! Gesek!”
oleh Bima Dewanto

G:\Kelimpungan copy.jpg

“Gesek, gesek, gesek!”
Terdengar dialog yang disuarakan oleh salah satu kelompok teater yang mengikuti lomba di hari terakhir Festival Drama Pendek SLTA (FDPS) pada hari Minggu, 19 Februari 2017 yang dilaksanakan di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan.
Kompetisi drama pendek yang ditujukan bagi siswa SLTA ini menjadi rumah bagi para pencinta teater untuk kembali menyaksikan bagaimana keseruan selama pertunjukan berlangsung. Terlebih, mayoritas sutradara untuk setiap pertunjukan ini merupakan mantan aktor yang bermain pada Festival Teater SLTA 2016 silam.
Kami mendapatkan kesempatan menyaksikan salah satu penampilan drama dari Teater 45 Perjuangan yang merupakan Juara Umum Festival Teater SLTA 2016 lalu. Dengan membawakan naskah yang berjudul "Kelimpungan Tolong!" karya Sarah Nurmala, lakon ini disutradarai oleh Asti Adi Anti yang mendapatkan predikat Sutradara Terbaik tahun lalu. Naskah ini merupakan naskah kedua yang dibawakan oleh Asti ke atas panggung setelah “RT. 4 RW. 5” yang membawanya berhasil mendapatkan predikat tersebut.
Lakon “Kelimpungan Tolong!” bercerita tentang kelakuan anak-anak muda zaman sekarang yang sering mengikuti trend ter-update di media sosial. Para tokoh merayakan ulangtahun Limpung (diperankan oleh Yardanul Mukhsin) saat tengah malam. Limpung merasa bahagia karena teman-temannya mengingat tanggal ulang tahunnya itu. Belum lagi, mereka memberi kejutan dengan beramai-ramai menggendong Limpung dan menggesekkan kedua selangkangannya di tiang listrik.
“Gesek, gesek, gesek! Enak, enak, enak!” teriak mereka beramai-ramai.
C:\Users\Desi\Documents\Bima\Flashdisk\P_20170219_144212.jpg
Perbuatan ini dilakukan terus-menerus hingga mereka sadar bahwa Limpung tengah tidak sadarkan diri. Matanya terpejam, badannya lemas, hingga semua teman-temannya panik. Memang dasar kelakuan anak zaman sekarang, akalnya ada-ada saja. Entah ada yang membacakannya doa, ada yang hanya berteriak-teriak saja, dan ketika mereka semua merasa perbuatan mereka tidak ada gunanya, melarikan diri dijadikan jalan keluar.
Gelak tawa penonton terdengar saat melihat ibu-ibu yang sedang menonton televisi di depan warung miliknya tidak merespon apa-apa, mematung sambil menonton siaran televisi yang saat itu sedang menayangkan kartun Upin Ipin.
Hingga akhirnya salah satu pengendara motor datang, seorang driver ojek online wanita (diperankan oleh Nadia Rizqi). Penonton kembali berdecak kagum karena pemain dengan berani membawa sepeda motor ke atas panggung. Dialog awal si driver adalah luapan emosinya, sebab penumpang yang dijemputnya tidak memberikan arahan yang jelas, tentang dimana ia ingin dijemput. Kemudian ia sadar bahwa ada Limpung yang mengeluh kesakitan sedang terkapar di pinggir trotoar.
Terjadilah percakapan antara mereka berdua. Dari adegan ini, maksud penulis naskah lumayan tersampaikan, yaitu kesadaran masyarakat untuk saling menolong yang sangat sedikit. Namun, si driver mengharapkan imbalan jika Limpung ingin segera dibawanya ke H. Naim (tukang urut setempat). Limpung berjanji akan mempertemukannya dengan Boy, artis pemain sinetron yang merupakan idola dari si driver, walaupun Limpung tahu ia tidak akan mungkin mempertemukannya. Pikirannya saat itu hanyalah yang penting ia tertolong.
Kemudian, si driver berdiri di pinggir jalan untuk mencari pertolongan. Lewatlah dua sepeda motor yang masing-masing ditumpangi oleh tiga orang anak perempuan. Penonton akan mengerti bahwa mereka adalah cabe-cabean. Di adegan ini, gelak tawa penonton memuncak kembali. Ciri khas Teater 45 Perjuangan terlihat kembali, yaitu dengan adegan-adegan komedinya.
Karena lelah tidak mendapat pertolongan, ditambah menerima keluhan Limpung yang menjelek-jelekkannya, si driver akhirnya pergi begitu saja meninggalkan Limpung.
Tidak lama kemudian, datang seorang pengamen yang merupakan wanita penari dari Jawa. Di sini terlihat keapikan Citra, sang aktris yang mampu membawakan logat Jawa yang kental dengan kecepatan berbicaranya yang super. Karakternya sangat menjunjung tinggi derajat wanita sekaligus menunjukkan sensitivitasnya yang tinggi. Penari itu mendapati Limpung yang terkapar dengan sakit yang berlebih. Ia mencoba menolong tapi pikirannya segera berubah akibat kalimat Limpung yang membuatnya tersinggung.
Limpung mencoba menyampaikan bahwa alat kelaminnya kesakitan akibat kelakuan teman-temannya. Tapi, penari itu malah merasa dilecehkan. Belum kelar Limpung memohon-mohon agar si penari menolongnya, tiba-tiba kekasih si penari datang. Gatot Kaca. Terjadilah dialog saling gombal di sini hingga mereka berdua lupa bahwa Limpung masih kesakitan dan masih mengharap pertolongan dari mereka.
C:\Users\Desi\Documents\Bima\Flashdisk\P_20170219_143642.jpg
Di akhir adegan, Limpung berusaha untuk berdiri dan mencoret-coret spanduk di belakangnya. “Kita Semua Bersaudara”, bunyi spanduk itu.
Kompetisi kali ini merupakan tantangan terbaru bagi Teater 45 Perjuangan. Pasalnya, mereka dituntut untuk membawakan drama dengan durasi yang tidak lebih dari 30 menit, tidak seperti biasanya. Mereka selalu terlihat nyaman dengan drama yang berdurasi 1 jam atau lebih.
Maka dari itu, kekurangan pasti terjadi untuk sebuah tantangan baru. Menurut saya, kualitas pementasan Teater 45 Perjuangan kali ini menurun dibanding tahun lalu. Komedi yang dibawakan mereka terkesan lebih anyep untuk pementasan kali ini. Pemain baru juga merupakan tantangan bagi sutradara karena mereka perlu diperkenalkan lebih dalam tentang teater, juga perlu diperkenalkan tentang bagaimana membentuk karakter mereka di atas panggung.
Tapi, driver ojek online merupakan salah satu pemain yang mampu memecah kecemasan penonton akan berkurangnya kualitas teater ini. Banyak orang berkomentar bahwa karakter driver yang judes dengan logatnya yang seperti laki-laki sangat terbentuk dalam dirinya. Posisi kedua adalah Penari Jawa dengan logat tradisional dan dialognya yang diolah sedemikian rupa hingga benar-benar mencerminkan karakternya tersebut. Namun tokoh Gatot Kaca terkesan menutupi konflik dari tokoh utama. Kesakitan yang sudah dibangun oleh Limpung dari awal terkesan hilang ketika Gatot Kaca datang.
Setelah pementasan, masing-masing kelompok teater akan diberikan sesi evaluasi bersama dewan juri yaitu, Yustiansyah Lesmana, Putri Ayudia, dan Malhamang. Menurut Yustiansyah Lesmana, pementasan ini merupakan surprise karena adanya Gatot Kaca. Malhamang mengemukakan bahwa itu bisa diterima karena menggambarkan bahwa di jalan raya memang semua hal dapat terjadi. C:\Users\Desi\Documents\Bima\Flashdisk\P_20170219_150106.jpg
FDPS diikuti oleh beberapa kelompok teater seperti Teater Detik, Teater Embun, Teater Teman, Teater Tabir, dan Teater Bamboe yang membawakan naskah TIK, yang pernah dipentaskan Bengkel Sastra Januari lalu.
Evaluasi yang banyak dari dewan juri membuat niat Teater 45 Perjuangan untuk maju ke Festival Teater SLTA mendatang semakin berkobar. Begitupun dengan kelompok teater lain yang masih haus untuk berkarya di kompetisi selanjutnya.
Masing-masing dari mereka kini sedang menantikan pengumuman pemenang yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2017. Tetap semangat dalam membuat mahakarya, adik-adik. Jangan pernah patah semangat!

Salam Cinta,
Bengkel Sastra

0
Share
Kompetisi Maksiat
Bima Dewanto

Ilustrasi oleh Andriani

Coba saja dengarkan kesaksian saya yang katanya bisu ini. Saya adalah jembatan penyeberangan yang dibangun untuk menghubungkan jalan raya yang terpisah oleh sungai. Awal saya dibangun, puluhan pohon telah menjadi korban agar orang-orang dengan mudah melihat saya. Tapi itu dulu, sekitar dua puluh tahun yang lalu. Satu, dua, tiga minggu setelah peresmian memang orang-orang sekitar sini rajin merawat saya. Bahkan setiap enam bulan sekali, tubuh saya dicat agar terlihat mengkilap kembali. Saya juga sudah berganti aspal kurang lebih delapan kali. Saya bahagia ketika diresmikan di mana saya bisa melihat sungai dengan air yang jernih. Hujan yang membentuk pola acak di atas sungai membuat saya merasa damai. Belum lagi hujan itu juga ikut membasahi tubuh saya yang seharian terkena sengatan matahari. Panas, karena tubuh saya didominasi dengan logam.
Saya senang melihat anak-anak yang berlomba-lomba berjalan di pinggiran tubuh saya. Sepeda yang lalu-lalang melewati tubuh saya dengan pengendaranya yang bisa saya rasakan niat baik untuk mencari nafkah. Bahkan saya juga sering terharu melihat beberapa siswa yang bertemu gurunya sedang berjalan di sepanjang tubuh saya. Jabatan tangan yang ikhlas layaknya anak dan orang tua, membuat saya hangat dan bangga bisa dibangun di sini. Jangan lupa juga, percakapan beberapa pejabat desa seperti Pak RT, Pak RW, dan ajudan-ajudannya yang sedang membicarakan pembaruan terhadap tubuh saya. Seperti yang saya bilang tadi, dicat, diaspal ulang, bahkan sempat saya memiliki atap berbahan fiber yang fungsinya membuat teduh orang-orang yang menyeberang.
Tapi kan itu dulu, sebelum satu benalu yang membuat tubuh saya disiram dosa setiap harinya. Bayangkan saja, saya pernah mendapati seorang anak kecil yang bermain dengan teman-temannya. Salah satu di antara mereka membawa sebuah balon yang ditiup terus-terusan tanpa pernah mengikatnya. Setelah itu, datang satu siswa SMA yang melihat anak-anak itu bermain dengan balon yang masih ditiupnya bergantian sekarang. Siswa itu memperhatikan dengan teliti apa yang sebenarnya ditiup.
“Eh jorok! Itu kan bekas burung!” kata siswa itu sambil menunjuk tengah-tengah selangkangannya.
Anak-anak itu tidak tahu apa yang dimaksud oleh si siswa SMA. Tapi mendengar kata jorok, balonnya langsung dibuang saja di tubuh saya. Setelah balon itu menyentuh tubuh saya, ternyata saya paham apa yang dimaksud siswa SMA tadi.
Nah yang saya bilang benalu tadi, pohon yang dua puluh tahun lalu ditebang untuk membangun saya kini sudah tumbuh lebat kembali. Jangankan menebang, melirik saja sudah tidak ada yang mau. Akibatnya, tubuh saya jadi terhalang dedaunan yang lebat. Orang-orang akan takut melewatinya. Tapi, tidak jarang juga orang yang memanfaatkan fisik saya yang sulit terlihat. Misalnya saja waktu itu ketika seorang perempuan dengan jaket kulit tebal, namun di kakinya tidak ada sehelai kain pun sedang menunggu seseorang di pinggiran tubuh saya. Tidak lama, suara mobil yang dimatikan terdengar dari sini. Lalu penumpangnya turun, seorang lelaki dengan hanya mengenakan kaos polo dan celana pendek datang menghampiri perempuan yang sedang berdiri di sini. Saya mendengar perdebatan kecil di antara mereka. Si perempuan berkata, “Habis keluar di dalam! Saya gak mau tau!”
Sedangkan yang lelaki hanya mengucapkan kata sabar yang saya dengar tak terhitung. Kemudian lelaki itu pergi dengan melemparkan sebuah amplop coklat yang mungkin berisikan sejumlah kertas di dalamnya. Ketika ia melangkahkan kakinya kembali menuju mobil, ia terhenti sejenak, memutar tubuhnya untuk meneriakkan sesuatu kepada perempuan itu.
“Jangan hubungi saya!” katanya.
Setelah itu, saya tidak pernah melihatnya lagi. Tapi perempuan itu, masih sering berdiri di tubuh saya setiap malam yang tidak tentu. Saya melihat lelaki yang berbeda menemuinya di setiap malam. Kadang tangan para lelaki yang menemuinya suka nakal. Yang bisa membuat saya mual adalah ketika jari-jemarinya menari di atas kedua dada perempuan itu. Belum lagi suara desahannya yang membuat telinga saya sakit. Tapi yang paling saya benci adalah ketika mereka berdua meletakkan tubuhnya masing-masing di atas tubuh saya. Ah! Saya muak! Sudah! Sudah!
Saya ceritakan saja yang lain, kali ini mungkin lebih berbahaya. Kalau tidak karena pohon yang menutupi saya, mungkin kejadian ini tidak sampai terjadi. Kejadiannya ketika malam menjelang pagi. Saya tidak tahu persis itu pukul berapa. Terdengar suara ribut antara pria dan wanita, dan suara tangis bayi. Seorang wanita berlari hendak menyeberangi tubuh saya. Tapi baru saja sampai pertengahan, ia terjatuh sehingga lelaki yang mengejarnya bisa menarik rambutnya yang terurai. Tangisan bayi yang dipertahankannya menangis semakin keras akibat tekanan perempuan yang terjatuh tadi. Kini suara tangisan bayi itu diikuti oleh tangisan perempuan yang saya kira ibu dari sang bayi. Meneriakkan ampun yang tidak kunjung henti. Kemudian saya rasakan langkah lelaki yang mengejarnya menghentak semakin keras. Mencoba merebut bayi itu dari tangan ibunya, tapi perempuan itu kuat. Saya kasihan melihat si jabang bayi yang menjadi bahan rebutan. Saya kira mereka adalah sepasang suami istri yang bercerai dan merebut hak asuh si jabang bayi. Tapi dugaan saya salah.
Setelah lelaki itu berhasil merebut bayi dari tangan ibunya, ia menggendong sambil mendendangkan lagu pengantar tidur. Memerintahkan si bayi untuk segera tidur dalam lelap. Kelihatan manis memang seorang ayah yang mencoba menidurkan anaknya. Tapi memang dasar bayi, tangisannya tidak berhenti, malah semakin menjadi-jadi. Nada lembut si lelaki pun mendadak berubah menjadi bentakan keras terhadapnya. Sontak saya kaget melihat kejadian ini. Saya tidak habis pikir, lelaki itu malah melemparkan bayinya hingga terbawa arus sungai. Bayi itu mengalir secara cepat hingga saya tidak bisa melihat bahkan mendengar tangisnya lagi. Setelahnya, kini giliran sang istri yang menjadi antrean selanjutnya. Ia memutuskan sebuah tali yang terikat pada salah satu tiang atap di tubuh saya. Lalu melilitkan tali itu di leher sang istri.
Tangisan istri yang semula melengking tidak karuan kini berganti dengan suara sesak napas. Matanya terlihat memerah dengan urat yang terlihat tajam dari leher hingga pelipisnya. Saya kira ini akan menjadi tontonan yang lama. Tapi ternyata beberapa menit kemudian, seluruh tubuh sang istri mendadak terlihat seperti orang yang tidak memiliki tulang. Tubuhnya langsung jatuh seperti tidak ada lagi energi yang ia simpan. Mati.
Kemudian seperti biasa, saya tidak pernah melihat lelaki itu kembali lagi melewati tubuh saya. Tapi semenjak kejadian itu, saya seperti tidak sendirian. Saya merasakan ada jiwa lain yang seharian penuh singgah di tubuh saya. Mungkin arwah sang istri tadi. Jika saya bisa berbicara dengan sungai, mungkin saya akan menanyakan kabar si jabang bayi yang dibuang itu. Dan setelah kejadian itu pula, tubuh saya jauh lebih jarang dilewati oleh warga sekitar daripada sebelumnya. Mungkin kabarnya sudah sampai kepada warga bahwa telah terjadi pembunuhan di sini. Tapi justru malah orang-orang yang jarang sekali saya lihat sering melewati tubuh saya untuk berhenti sejenak. Bahkah tidak jarang juga yang tidak menyeberang.
Saya merindukan sosok Pak RT yang dulu sering membicarakan soal biaya perawatan tubuh saya. Saya mendambakan tubuh yang bersih kembali. Rasa tidak nyaman dengan tulisan dan gambar-gambar aneh yang dicoret-coret di sekitar tiang. Kini, kebanyakan penduduk sudah menggunakan mobil ke mana-mana. Membuat saya jarang dilewati karena ukuran tubuh saya yang tidak muat untuk jalanan mobil. Mungkin Pak RT juga sudah menggunakan mobil.
Saya rasa, ini adalah saatnya saya undur diri menjadi salah satu fasilitas untuk warga. Saya sudah muak. Sudah jijik. Terlalu banyak dosa yang tinggal di tubuh saya sehingga besi-besi ini sudah tidak mampu lagi menahannya. Akhirnya saya memutuskan untuk bunuh diri saja. Tidak lama setelah saya mendapati Pak RT yang sedang melaju dengan mobilnya melewati jalan raya. Ketika itu ia berhenti dan turun dari mobilnya, bersama seorang anak laki-laki berseragam SMP.
Awalnya saya pikir, itu adalah putranya. Pak RT berjalan dengan menggandeng anak tersebut mendekati tubuh saya yang sedang sibuk-sibuknya menahan dosa yang sudah melebihi kapasitas. Ketika keduanya telah sampai di sebuah tempat yang teduh dengan akar pohon yang menjalar-jalar masuk ke tubuh saya, anak laki-laki itu diperintahkan untuk jongkok. Sementara Pak RT asik bersandar pada salah satu tiang atap di tubuh saya.
Lama-lama saya curiga dengan apa yang mereka berdua lakukan. Dan saya sadar bahwa anak itu bukanlah anak Pak RT, melainkan selingkuhannya. Saya mencari dosa yang serupa dengan yang dilakukan oleh kedua orang itu, dan saya menemukannya banyak sekali bertumpukan di tubuh saya. Kalau saya biarkan Pak RT dan bocah laki-laki selingkuhannya itu berbuat yang sama, tubuh saya akan semakin berat menahannya.
Daripada saya lelah mempertahankan dosa-dosa yang sudah menumpuk di tubuh saya, saya biarkan saja seluruh tubuh saya terbelah menjadi dua sehingga masing-masing belahan menyentuh dasar sungai. Saya cemburu dengan tingkah Pak RT. Bukannya mencoba untuk meremajakan saya kembali, malah asik dengan selingkuhannya yang tak wajar itu. Saya ajak saja keduanya bunuh diri dengan memutuskan pangkal tubuh saya sehingga mereka berdua terjatuh ke dasar sungai. Lalu, tubuh saya jatuh secara utuh menimpa keduanya.


Allianz Tower 29th Floor


6 Februari 2017

0
Share
REDUP
Oleh: Nurul Izzah Lathifah 

 Ilustrasi oleh Andriani

//1//

Reduplah terang
Di sudut malam menyaksikan hujan
Reduplah aku
Sebabnya terjadi bahagiamu
Redup rona purnama
Di tengah hembus sepi menerpa
Redup degup dada
Karenanya, kau baik-baik saja

//2//

Teranglah lampu kota
Tersaksikan aku tanpanya
Teranglah mereka yang bercahaya
Yang semula redup
Terselimut degup
Terkubur dalam kabut
Teranglah, tak perlu meredup

//3//

Pena tanpa irama
Rima-rima tanpa tanda tanya
Kita fana
Atau memang tak akan pernah nyata

//4//

Rintik ini mulai reda
Tak lagi sederas kemarin saat bersama
Kita itu apa?
Aku, kalian, adanya
Bukan kita.
Karena kita fana
Dan tak akan pernah ada.
1
Share
ilustrasi oleh Andriani

FEBRUARI
ALUNAN PUISI INDONESIA OLEH ARI REDA
Tanggal : 18 Februari 2017
Waktu : 15.00
Tempat : Galeri Indonesia Kaya
Info lebih lanjut: https://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya


KABAR DARI CHAIRIL OLEH GAGASMEDIA
Tanggal : 19 Februari 2017
Waktu : 15.00
Tempat : Galeri Indonesia Kaya
Info lebih lanjut: https://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya


CHARITY ART FESTIVAL 2017
Tanggal : Minggu, 19 Februari 2017
Waktu : 10.00 – 20.00 WIB
Tempat : Atrium F3, fX Sudirman – Jakarta
Info lebih lanjut www.CharityArtFestival.com  


WOYZECK
TEATER PAGUPON
Tanggal : 24-25 Februari 2017
Waktu : 19.00 WIB
Tempat : Gedung Kesenian Jakarta
Info lebih lanjut Instagram: @teaterpagupon


TIN REPUBLIC
TEATER PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA
Tanggal : 24-26 Februari 2017
Waktu : 18.30 WIB
Tempat : Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki
Info lebih lanjut www.tinrepublic.com


MONOLOG 'OH' OLEH TEATER MANDIRI SUTRADARA PUTU WIJAYA
Tanggal : 25 Februari 2017
Waktu : 15.00
Tempat : Galeri Indonesia Kaya
Info lebih lanjut: https://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya


MEMBACA ARSIP, TARI DAN MENULIS (KEMBALI) SANG MODERN
(Diskusi)


Tanggal : SABTU, 25 FEBRUARI 2017
Waktu : 16:00 WIB
Tempat : SERAMBI SALIHARA
Info lebih lanjut http://salihara.org/


TAKDIR CINTA PANGERAN DIPONEGORO
TEATER KELILING
Tanggal : 25 Februari 2017
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan
Info lebih lanjut Instragram: @teaterkelilingind


SAJAK KANTORAN OLEH PARA PROFESIONAL DAN EKSEKUTIF JAKARTA
Tanggal : 26 Februari 2017
Waktu : 15.00
Tempat : Galeri Indonesia Kaya
Info lebih lanjut: https://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya


PENTAS BACA & PELUNCURAN BUKU PUISI “PERJALANAN 63 CINTA” OLEH YUDHISTIRA ANM MASSARDI
Tanggal : 28 Februari 2017
Waktu : 15.00
Tempat : Galeri Indonesia Kaya
Info lebih lanjut: https://www.indonesiakaya.com/galeri-indonesia-kaya


JAKARTA DANCE FILM: FRAME SEBAGAI PANGGUNG
DEWAN KESENIAN JAKARTA
Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017
Waktu : 14.30 dan 19.00 WIB – Pemutaran film
 16.00 WIB – Diskusi
Tempat : Kineforum, Taman Ismail Marzuki
Info lebih lanjut http://dkj.or.id/  

MARET
OPERA IKAN ASIN
TEATER KOMA
Tanggal : 2 – 5 Maret 2017
Waktu :  2 – 4 Maret 2017 = 19.30 WIB dan 5 Maret 2017 = 13.30 WIB
Tempat : Ciputra Artpreneur Theater
Info lebih lanjut https://www.teaterkoma.org/


FILSAFAT KONTEMPORER
(Kelas Filsafat)
Tanggal : 04 - 25 MARET 2017, 16:00 WIB
Tempat : SERAMBI SALIHARA
Biaya : Umum Rp250.000, Pelajar/Mahasiswa Rp150.000
Info lebih lanjut http://salihara.org/


PRESIDEN KITA TERCINTA
INDONESIA KITA
Tanggal : 10-11 Maret 2017
Waktu : 20.00 WIB
Tempat : Teater Jakarta, TIM
Info lebih lanjut http://kayan.co.id/


MATI BERDIRI
SENA DIDI MIME
Tanggal : SABTU, 11 MARET 2017
Waktu : 20:00 WIB
Tempat : TEATER SALIHARA
Info lebih lanjut http://salihara.org/


SELEBRASI CINTA (PAMERAN PUISI CINTA)
BENGKEL SASTRA UNJ
Tanggal : 16 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB – 20.00 WIB
Tempat : Puri Lingua UNJ
Info lebih lanjut www.bengkelsastra.com


BURUNG-BURUNG PRENJAK
STUDIO TAKSU
Tanggal : SABTU, 18 MARET 2017
Waktu : 20:00 WIB
Tempat : TEATER SALIHARA
Info lebih lanjut http://salihara.org/


MONOPOLIS
KOMUNITAS SENI HITAM PUTIH
Tanggal : SABTU, 25 MARET 2017
Waktu : 20:00 WIB
Tempat : TEATER SALIHARA
Info lebih lanjut http://salihara.org/

0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Selamat Datang!

www.BengkelSastra.com

Selamat datang di situs Bengkel Sastra. Di sini Anda akan menemukan informasi seputar sastra dan budaya. Anda juga dapat melihat hasil karya dari anggota Bengkel Sastra seperti puisi, cerpen, dan lainnya.

Follow Us

  • google+
  • youtube
  • twitter
  • instagram

Berlangganan via Email

Arsip Blog

  • ►  2018 (5)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2017 (26)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ▼  Februari (8)
      • Festival Drama Pendek SLTA 2017: “Gesek! Gesek! Ge...
      • CERPEN: KOMPETISI MAKSIAT
      • PUISI: REDUP
      • [INFO ACARA] FEBRUARI - MARET 2017
      • PUISI: LUPA
      • CERPEN: LENCANA
      • PUISI INI DIBACA
      • Bukan Sekadar “Go Tun”, Teater Zat Sukses Pentaska...
    • ►  Januari (3)
  • ►  2016 (2)
    • ►  November (2)

Facebook Page

Google+ Followers

Pengikut

Statistik

Bengkel Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Mentang-mentang dari New York
  • Ulasan Lakon ‘Opera Kecoa’ oleh Teater Koma (2016)
    Kamis, 10 November 2016 adalah hari pertama dari pementasan Teater Koma yang ke-146 dengan lakon Opera Kecoa yang diselenggarakan di Graha ...
  • Selebrasi Cinta
    Bengkel Sastra UNJ Menuju Satu Dekade mempersembahkan Mari rayakan Hari Puisi Internasional bersama Bengkel Sastra dalam Selebras...

Twitter

Tweets by @bengsas

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © 2015 Bengkel Sastra

Created By ThemeXpose