Rabu (21/11), Teater Matahari Hujan
mempersembahkan pementasan teater dengan naskah yang berjudul “Be in. Be on”
karya Dedies Putra Siregar. Selain menjadi penulis naskah, Dies Putra Siregar
juga merupakan sutradara dan penata musik dalam pementasan ini. Ia merupakan
seorang penulis, direktur artistik, pencipta lagu, dan kreator musikalisasi
puisi Indonesia.
Pementasan
ini merupakan salah satu rangkaian dari acara Festival Teater Jakarta yang
diselenggarakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail
Marzuki.
Berbeda dengan pementasan teater lainnya, pementasan
ini menggunakan konsep panggung akuaruim, di mana para penonton melihat
pertunjukan dari luar gedung. Sedangkan panggung yang digunakan berada di Lobby
Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Pementasan berlangsung sekitar satu
setengah jam ini dimulai dari pukul 20.00 hingga pukul 21.40.
Pertunjukan dimulai saat sutradara melantunkan
nyanyian dengan gitar yang melingkar di tubuhnya. Aktor-aktor yang
membentuk barisan masuk dengan pakaian
serba hitam. Pasukan berjumlah tujuh orang, tiga laki-laki dan empat perempuan.
Pasukan mengelilingi sebuah kotak yang letaknya berada di tengah panggung,
kemudian keluar panggung. Setelah itu masuk aktor utama dengan perlahan sambil
membawa tangga besi di tangan kanannya dan plastik merah berisi cat di tangan
kirinya.
“Maak, ompong mau belajar maak” teriak aktor utama -
si Ompong saat memasuki panggung dengan perlahan. Dialog berulang yang terus
diucapkan si Ompong menjadi dialog awalan pada pertunjukkan ini. “Menulis
gambar, menggambar tulisan” menjadi dialog berulang yang cukup mencolok dibenak
penonton. Dialog-dialog tersebut menggambarkan betapa tingginya keinginan si
Ompong untuk mau belajar, meski harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan
ilmu.
Pementasan ini menitikberatkan perspektif penonton. Sutradara menyampaikan pesan melalui simbol-simbol yang
divisualisasikan melalui gerak, tubuh, dan properti serta ditambah dengan
dialog-dialog yang disampaikan oleh para aktor.
Beberapa adegan yang menegangkan muncul karena
aktor yang melakukan gerak-gerak yang membuat penonton ngilu. Properti seperti
kayu, sepatu, boneka, tongkat, bendera dan lainnya menjadi suplemen yang
membuat hidup setting panggung.
![]() |
Di adegan ini, kayu tersebut menyimbolkan sumur untuk memasukan jenazah |
Sebagai contohnya ialah ketika adegan dimana Para Aktor menyimbolkan kayu di tengah panggung sebagai suatu setting yang sangat penting di pementasan. Kayu tersebut memiliki banyak simbol, bisa dapat menjadi sebuah meja secara utuh, bisa menjadi kendaraan, bisa menjadi lubang sumur, dan juga bisa menjadi perahu saat adegan Ompong.
Pementasan ini mencoba mengangkat tragedi
kemanusiaan yang terjadi di muka bumi ini, seperti pada pembantaian Yahudi dan
Partai Komunis Indonesia. Sutradara ingin menunjukkan betapa kejam dan
bengisnya peristiwa tersebut. Pembantaian terus terjadi tanpa ampun dan tanpa
rasa kemanusiaan, manusia-manusia tak berdaya dianiya dan dibunuh dengan cara
yang tidak pantas. Pembantaian yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan yang
melegitimasi kekuasaan di atas segalanya.
Secara umum, Teater Matahari Hujan berhasil membangun perspektif penonton dalam pementasan Be In Be On. Aktor utama, yaitu si Ompong pun berhasil mempengaruhi penonton untuk menikmati setiap alur pementasan. Salam sukses untuk Teater Matahari Hujan!
Secara umum, Teater Matahari Hujan berhasil membangun perspektif penonton dalam pementasan Be In Be On. Aktor utama, yaitu si Ompong pun berhasil mempengaruhi penonton untuk menikmati setiap alur pementasan. Salam sukses untuk Teater Matahari Hujan!
-Syifa Fauziah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar