Fauziannisa
Pulang adalah matahari yang kembali
dalam buaian cakrawala. Yang menabur benih dalam
perjuangan perjalanan. Yang menghabiskan sisa-sisa luka
dalam penderitaaan tak
bernama.
Terkadang, meratapi kesedihan hanyalah tentang bualan
Dan ku sematkan kata itu kedalam makna
yang entah ada dimana. Ia mencari-cari celah rindu
yang menembus rasa dan logika. Dan kutemukan diantara
gerbong-gerbong panjang,
meringis
kesakitan, mencoba lepas dari ikatan yg kian lama kian mengenang.
Di pucuk aksara, Puisimu adalah
langkah-langkah kecil menuju nirwana jiwa. Dengan rintik
yang pedih dan kilau yang berdebu. Ada
tawa yang beradu padu dalam ritme yang
menggebu.
Kian lama kian abu.
Pada benih semesta, huruf-huruf
berlarian mengejar fatamorgana. Kian lama kian merana.
Sepasang bola mata pun tak akan pernah tertipu: bahwa
duka selalu menunggumu
pulang
pada pelukan ibu.
menghapus sisa jejak yang terinjak pada salju-salju kesepian. Dan aku mencoba
menafsirkan kilatan hurufmu yang meracuni kesadaran.
Illustrasi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar